Wednesday, May 21, 2014

ah apa ini ?

Pawai cinta sedang marak-maraknya di kepala. Sekali namamu terbisik, rindu pun ikut mengusik. Pantaskah rindu kumiliki pada seorang yang ada dalam sekali temu? Tapi bukankah rindu itu tak mengenal frekuensi waktu sesering apa kita hadir dalam temu, dan selama apa aku mengenalmu? Bukankah rindu itu makanan rakyat jelata, tanpa ada status sosial yang membeda-bedakan strata? Jikalau saja bisa bernego dengan peri waktu, aku ingin Ia menghentikan jarum-jarum yang berlarian itu saat aku bersamamu. Pasti itu adalah kado termanis yang bisa dihadiahkan untukku. Tapi semesta lebih pandai dalam menguntai cerita soal cinta.

Beginilah esensi seninya perjalanan cinta, aku ingin kita perlahan-lahan menikmatinya

Kepada waktu, kutitipkan percaya tanpa sedikitpun ragu. Karena aku yakin, ia yang paling tahu kapan saat yang tepat untuk kita bertemu. Sementara senyum yang akan sedikit tersamarkan dan degup yang pastinya tak karuan kuserahkan kepada semesta. Aku tahu, ia yang paling ahli dalam mempertemukan dua hati untuk melangkah bersama. Jika ada kesempatan untuk bertemu lagi, semoga Sang Maha mengizinkanku untuk berbenah diri sehingga ke hidup ini kamu dapat dengan leluasa menjejakkan kaki. Serupa anak kecil yang paling gemar menunggu kejutan, seperti itu semestinya kita menjalani kehidupan. Maka dari itu tidak perlu aku menduga-duga akan masa depan, karena memberikan kejutan itu merupakan kesenangan Tuhan.

No comments:

Post a Comment